Minggu, 08 Februari 2009

Kehidupan Nyata Para tokoh Laskar Pelangi


Home
Kehidupan Nyata Para Tokoh Laskar Pelangi
level41 — Sat, 13/12/2008 - 03:18
Muslimah, Semangat yang Tak Pernah PadamCerita Laskar Pelangi diangkat dari kisah nyata kehidupan anak-anak Pulau Belitung, Bangka Belitung, yang mengejar pendidikan di era 70-an. Meski didera kemiskinan, beruntung anak-anak Laskar Pelangi mempunyai guru seperti Bu Muslimah yang tidak pernah menyerah oleh keadaaan.Tak berbeda dengan di film, Bu Muslimah yang asli hingga kini masih mengajar di Sekolah Dasar Negeri 06 Gantong, Belitung. Di SD Muhammadiyah Gantong, dulunya, Bu Mus bahu membahu mempertahankan sekolah dengan seorang lelaki yang sebenarnya adalah ayahnya sendiri, Abdul Kadir Hamid. Dalam film Laskar Pelangi, sosok sang ayah muncul melalui karakter Pak Harfan.Usia Bu Mus kini memang tidak muda lagi dan hampir memasuki usia pensiun. Ia bisa saja tinggal di rumah dan bermain dengan tiga orang cucunya. Namun, semangatnya untuk mengajar tidak pernah padam. Lima hari dalam sepekan, ia selalu mengayuh sepedanya ke SDN 06 Gantong untuk mengajar.Menjadi guru sebenarnya bukanlah cita-cita Muslimah remaja, karena sebagai lulusan Sekolah Kepandaian Putri, ia kelak ingin menjadi penjahit. Namun Bu Mus telah membuktikan melalui pengabdiannya, ia berhasil menjadi guru yang dicintai sekaligus dihormati muridnya. Pemerintah pun mengapresiasi pengabdian Bu Mus. Saat peringatan Hari Guru Nasional dan HUT PGRI di Jakarta, Selasa lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas nama pemerintah menganugerahkan tanda jasa Satya Lencana Pendidikan kepada guru yang bersahaja ini.***http://www.liputan6.com/news/?id=169369Tokoh Mahar Tokoh Mahar dalam film Laskar Pelangi ternyata memiliki versi asli. Mahar di kehidupan nyata adalah Ahmad Fajri yang berprofesi sebagai guru. Ia mengajar akuntansi di Sekolah Menengah Atas 2 Tanjung Pandan, Belitung. Keberhasilannya menjadi guru tak lepas dari jasa Ical yang tak lain adalah Andrea Hirata.Semasa kecil, Ahmad bercita-cita menjadi seorang insinyur. Cita-cita itu akhirnya kandas karena keluarga Ahmad tak memiliki biaya. Kondisi itu tak lantas menyurutkan langkah Ahmad. Ia menyelesaikan pendidikan hingga SMA. Ketika itu, Ahmad bertemu Andis yang mengajak dirinya melanjutkan kuliah.Ajakan itu ditanggapi Ahmad dengan ragu-ragu. Ketika itu ayah Ahmad telah meninggal dan ia memiliki tiga orang adik. Keraguan bapak dua putri itu sirna setelah ia bertemu Andis. "Kawan itu bilang kami harus kuliah bagaimana pun caranya," kata Ahmad. Ia pun akhirnya berhasil menyelesaikan jenjang kuliah dan bekerja sebagai guru. Ahmad kecil tak jauh berbeda dengan Mahar. Ia senang bernyanyi dan berbakat menjadi pemimpin. Di mata murid-muridnya, Ahmad adalah sosok guru yang bisa menjadi teman. Cara ia mengajar mudah untuk dimengerti. Ahmad juga dikenal sebagai guru yang baik hati dan bersahaja.Kini Ahmad hidup bersama seorang istri dan kedua putrinya. Ia bertekad akan memberikan yang terbaik bagi kedua buah hatinya. Tekad kuat Ahmad untuk lepas dari kemiskinan telah berbuah manis.http://www.liputan6.com/news/?id=169420Akiong Satu-satunya Murid Tionghoa di SD Muhamadiyah GantungDalam film dan novel Laskar Pelangi, Akiong adalah satu-satunya murid keturunan Tionghoa di Sekolah Dasar Muhamadiyah Gantung yang digambarkan sebagai sepupu Aling. Wanita yang menjadi cinta pertama Ikal atau Andera Hirata.Akiong mempunyai nama asli Caw Kin Ciong. Ia adalah anak buruh PN Timah. Di Kecamatan Gantung, nama Akiong tak begitu dikenal karena sejak remaja menjadi muslim dan berganti nama menjadi Aman. Aman kecil bercita-cita membela nama daerah sebagai atlet.Sayangnya keadaan ekonomi memupus cita-cita Akiong muda. Pendidikan di bangku sekolah SD Muhamadiyah Gantung mengajarkannya untuk tidak mudah menyerah pada nasib. Semua usaha dicoba. Akiong pun mulai melupakan cita-citanya yang mulia.Sampai akhirnya sejak tahun 1988 Akiong membuka sebuah kedai kopi di salah satu sudut Pasar Gantung, pasar terbesar yang di Kabupaten Belitung Timur. Menurut Bu Muslimah yang merupakan guru SD Muhamdiayah Gantung Akiong adalah anak yang cerdas.Akiong atau Aman adalah contoh nyata tidak meratanya hasil pembangunan di Belitung sejak tahun 70-an. Masyarakat asli tidak dapat menikmati enaknya uang dari hasil penambangan timah yang melimpah ruah.Waktu tidak pernah bisa diputar kembali. Kini Akiong harus melupakan cita-citanya sebagai atlet sambil melihat lubang-lubang bekas pertambangan yang ditinggal pergi begitu saja oleh pemiliknya. Akiong harus kalah oleh keadaan.http://www.liputan6.com/news/?id=169455Kucai, Ketua Kelas Anak-Anak Laskar PelangiSiapa ketua kelas anak-anak Laskar Pelangi? Jawabannya adalah Kucai. Bakat kepemimpinan Kucai ketika anak-anak saat ini terbukti. Kucai yang mempunyai nama asli Husaini Rasyid saat ini menjadi Ketua Komisa A DPRD Belitung Timur dari Partai Bulan Bintang. Husaini bukan murid Sekolah Dasar Muhamaddiyah Gantung, tapi menjadi bagian dari Laskar Pelangi saat sama-sama belajar di sekolah menengah pertama dan atas.
Husaini punya pengalaman pahit di waktu kecil yang melecut semangatnya untuk keluar dari kesulitan ekonomi. Tamat SMA, Husaini melanjutkan kuliah di Fakultas Pendidikan Olah Raga, IKIP Bandung. Pada tahun 2000 ia pulang ke Belitung dan terjun ke dunia politik. Husaini ingin membuat hidup lebih berati bagi masyarakat Belitung yang menurutnya masih tertinggal. "Kita berusaha menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain," kata Husaini, belum lama ini. Kucai telah memegang jabatan penting di Kabupetan Belitung Timur. Mudah-mudahan ia akan selalu ingat pesan teman sekolahnya di SD Muhammadiyah Gantung.**Harun Penyelamat Laskar PelangiSekolah Dasar Muhamadiyah Gantong nyaris ditutup akibat kekurangan murid. Beruntung seorang anak yang mengalami down syndrome atau keterbelakangan mental datang. Namanya, Harun. Ia baru masuk sekolah dasar pada umur 10 tahun.
Meski berbeda dengan anak-anak seusianya, Harun juga bisa belajar dengan baik. Di kehidupan nyata Harun mempunyai nama asli Harzali. Hingga kini Jali masih tinggal bersama ibu, dan salah satu adiknya. Sampai sekarang Harzali belum menikah dan tidak punya pekerjaan tetap. Segala kebutuhannya masih ditopang orangtua dan saudaranya. Ia baru punya uang sendiri ketika diminta membantu saudara atau tetangganya.
Tak banyak kenangan waktu kecil yang diingat Harun alias Harzali. Salah satu peristiwa yang masih melekat di benaknya adalah kenangan bersama Akiong. Tidak semua guru bisa mengajar anak-anak seperti Harun. Beruntung ia memiliki Bu Mus. "Tidak saya paksakan. Kalau dia mau menulis, silakan. Pokoknya dia mau belajar..ikut," kata Bu Mus, belum lama ini. Harun hanya sekolah sampai kelas tiga. Ia beruntung karena SD Muhammadiyah Gantong menilai kecerdasan anak tidak hanya dilihat dari nilainya saja. Namun dari hati sang murid sehingga ia bisa menuntut ilmu dengan anak-anak normal.http://www.liputan6.com/news/?id=169576

Globalisasi Pendidikan


GLOBALISASI PENDIDIKAN DI INDONESIA
Oleh Indra Januar S, TL UI ‘06


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada sekolah – sekolah yang dikenal dengan billingual school, dengan diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang membuka program kelas internasional. Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Apalagi dengan akan diterapkannya perdagangan bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus menghasilkan lulusan yang siap kerja agar tidak menjadi “budak” di negeri sendiri.
Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang ekonomi, sehingga dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat membutuhkan kombinasi antara kemampuan otak yang mumpuni disertai dengan keterampilan daya cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Selain itu hendaknya peningkatan kualitas pendidikan hendaknya selaras dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam hal ini, untuk dapat menikmati pendidikan dengan kualitas yang baik tadi tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar. Tentu saja hal ini menjadi salah satu penyebab globalisasi pendidikan belum dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Sebagai contoh untuk dapat menikmati program kelas Internasional di perguruan tinggi terkemuka di tanah air diperlukan dana lebih dari 50 juta. Alhasil hal tersebut hanya dapat dinikmati golongan kelas atas yang mapan. Dengan kata lain yang maju semakin maju, dan golongan yang terpinggirkan akan semakin terpinggirkan dan tenggelam dalam arus globalisasi yang semakin kencang yang dapat menyeret mereka dalam jurang kemiskinan. Masyarakat kelas atas menyekolahkan anaknya di sekolah – sekolah mewah di saat masyarakat golongan ekonomi lemah harus bersusah payah bahkan untuk sekedar menyekolahkan anak mereka di sekolah biasa. Ketimpangan ini dapat memicu kecemburuan yang berpotensi menjadi konflik sosial. Peningkatan kualitas pendidikan yang sudah tercapai akan sia-sia jika gejolak sosial dalam masyarakat akibat ketimpangan karena kemiskinan dan ketidakadilan tidak diredam dari sekarang.
Oleh karena itu, hendaknya pemerintah yang dalam hal ini sebagai pengemban amanat rakyat, dapat bergerak cepat menemukan dan memperbaiki celah – celah yang dapat menyulut gejolak tersebut. Salah satunya dengan cara menjadikan pendidikan di Indonesia semakin murah atau bahkan gratis tapi bukan pendidikan yang murahan tanpa kualitas. Hal ini memang sudah dimulai di beberapa daerah di Indonesia yang menyediakan sekolah unggulan berkualitas yang bebas biaya. Namun hal tersebut baru berupa kebijakan regional di daerah tertentu. Alangkah baiknya jika pemerintah pusat menerapkan kebijakan tersebut dalam skala nasional . Untuk dapat mewujudkan hal tersebut pemerintah perlu melakukan pembenahan terutama dalam bidang birokrasi. Korupsi mesti segera diberantas, karena korupsi merupakan salah satu yang menghancurkan bangsa ini. Dengan menekan angka korupsi di Indonesia yang masuk jajaran raksasa korupsi dunia, diharapkan dapat memperbesar alokasi dana untuk pendidikan. Globalisasi dalam dunia pendidikan saat ini memang diperlukan untuk menghadapi tantangan global. Namun demikian globalisasi pendidikan hendaknya tidak meninggalkan masyarakat kita yang masih termasuk golongan lemah agar kemajuan bangsa ini dapat menikmati secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
Summary rating: 2 stars (79 Tinjauan)
Kunjungan : 3925
Comments : 0
kata : 900

oleh : anin
Pengarang : Elvira Syamsir Diterbitkan di: Maret 19, 2008
Ilmuwan yang berpikir filsafati,
diharapkan bisa memahami filosofi kehidupan, mendalami unsur-unsur pokok dari ilmu yang ditekuninya secara menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami sumber, hakikat dan tujuan dari ilmu yang ditekuninya, termasuk pemanfaatannya bagi masyarakat. Untuk mencapai tujuan itu, maka proses pendidikan hendaknya bukan sekedar untuk mencapai suatu tujuan akhir tapi juga mem-pelajari hal-hal yang dilakukan untuk mencapai tujuan akhir tersebut. Sehingga, ilmuwan selain sebagai orang berilmu juga memiliki kearifan, kebenaran, etika dan estetika. Secara epistemologis dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan yang ada saat ini merupakan hasil dari akumulasi pengetahuan yang terjadi dengan pertumbuhan, pergan-tian dan penyerapan teori. Kemunculan teori baru yang menguatkan teori lama akan memperkuat citra sains normal. Tetapi, anomali dalam riset ilmiah yang tidak bisa dise-lesaikan oleh paradigma yang menjadi referensi riset, menyebabkan berkembangnya paradigma baru yang bisa memecahkan masalah dan membimbing riset berikutnya (mela-hirkan revolusi sains). Tumbuh kembangnya teori dan pergeseran paradigma adalah po-la perkembangan yang biasa dari sains yang telah matang. Berkembangnya peralatan analisis juga mendorong semakin berkembangnya ilmu. Contoh epistemologi ilmu dimana terjadi perubahan teori dan pergeseran paradigma terlihat pada perkembangan teori atom, teori pewarisan sifat dan penemuan alam semesta. Dalam perkembangan ilmu, suatu kekeliruan mungkin terjadi terutama saat pembentukan paradigma baru. Tetapi, yang harus dihindari adalah melakukan kesalahan yang lalu ditutupi dan diakui sebagai kebenaran. · Perkembangan teori atom Konsep atom dicetuskan oleh Leucippus dan Democritus (abad ke-6 SM): materi (segala sesuatu di alam) secara fisik disusun oleh sejumlah benda berukuran sangat kecil (atom). Atom merupakan partikel yang sangat kecil, padat dan tidak bisa dibagi, bergerak dalam ruang dan bersifat abadi. Menurut John Dalton (1766–1844) setiap unsur kimia dibentuk oleh partikel yang tak bisa diurai (atom). Pergeseran paradigma terjadi ketika ternyata dibuktikan bahwa atom masih bisa dibagi dan memiliki elektron (J.J. Thomson,1856–1940) dan proton (E. Goldstein, 1886). Pengetahuan bahwa atom bisa dibagi membuat ilmuwan lalu mereka-reka struktur atom. Thomson, menganalogikan atom seperti roti tawar dengan kismisnya, dimana elektron dan partikel positif terdistribusi merata. Dari penelitian E. Rutherford (1871-1937) disimpulkan bahwa elektron mengorbit mengelilingi nukleus. Postulat ini diperbaiki oleh J. Chadwick (1891–1974): atom memiliki sebuah inti yang terdiri dari nuklei, dan elektron-elektron yang mengorbit mengelilinginya; dan lalu disempurnakan oleh Niels Bohr yang mempertimbangkan efek kuantisasi energi atom. Teori-teori atom dan strukturnya masih terus disempurnakan. Saat ini mulai terjadi anomali yang menggugat paradigma yang sudah ada. Murray Gell-Mann (1964) mengatakan, proton dan netron masih bisa dibagi menjadi quark. · Perkembangan teori pewarisan sifat Pemikiran tentang pewarisan sifat sudah ada sejak jaman dulu. Plato dengan paham esensialismenya menjelaskan, setiap orang merupakan bayangan dari tipe ideal. Esensinya, manusia adalah sama dan keragaman di dunia tidak ada artinya. Perkembangan teori ini diawali dengan dilema yang dihadapi Darwin: apa penyebab variasi dan apa yang mempertahankan variasi? Menurut F. Galton, setiap anak menuju kecenderungan rata-rata dari sifat induknya. Sifat-sifat hereditas konti-nyu dan bercampur, anak adalah rata-rata dari kedua orang tua, maka variasi tidak ada. Sementara menurut Darwin, keragamanlah yang penting, bukan rata-rata tetapi Darwin belum bisa menjelaskan mengapa keragaman tersebut bisa terjadi. Hipotesa sementaranya menjelaskan bahwa kopi sel dari setiap jaringan yang dimasukkan ke dalam darah (gemmules)-lah yang memproduksi keragaman ketika gemmule dibentuk dan dikonversi kembali menjadi sel tubuh pada saat reproduksi. Tapi, perjalanan sejarah ilmu perkembangan sel selanjutnya membuktikan bahwa hipotesis ini salah. Mendell yang melakukan persilangan kacang dan menghasilkan varietas yang berbeda, mulus dan keriput tapi tidak ada yang di tengah-tengah, menyimpulkan bahwa sifat-sifat yang diturunkan bersifat diskrit, ada yang dominan dan ada yang resesif, tapi tidak bisa bercampur. Teori inilah yang selanjutnya digunakan sebagai dasar pe-ngembangan teori pewarisan sifat. · Perkembangan teori tata surya Prediksi peredaran matahari, bintang, bulan dan gerhana sudah dilakukan bangsa Baylonia, 4000 tahun yang lalu. Kosmologi Yunani (4SM) menyatakan bumi pusat dan semua benda langit mengitari bumi. Konsep ini dipatahkan Copernicus (1473-1543) yang menyatakan bahwa matahari adalah pusat sistem tata surya dan bumi bergerak mengelinginya dalam orbit lingkaran. Teori Copernicus menjadi lan-dasan awal pengembangan ilmu tentang tata surya. Seorang ilmuwan berada pada posisi dimana dia memiliki pengetahuan yang berdasarkan pada fakta (factual knowledge). Tetapi, fakta itu tidak berarti walaupun bisa menjadi instrumen jika tidak diaplikasikan. Aplikasi dari suatu kajian ilmu hendak-lah mempunyai nilai kegunaan (aksiologis) yang memberi makna terhadap kebenaran atau ke­nyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Kajian filsafat berkenaan dengan pencarian kebenaran fundamental. Seorang ilmuwan, hendaklah mengkaji kebenaran fundamental dari suatu alternatif pemecahan masalah yang disodorkannya. Seorang ilmuwan juga memiliki tanggung jawab sosial untuk memberi perspektif yang benar terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi dan alternatif pemecahannya secara keilmuan kepada mayarakat awam. Dengan penguasaan ilmunya, seorang ilmuwan juga hendaknya bisa mempengaruhi opini masyarakat terhadap masalah-masalah yang seharusnya mereka sadari. Sebagai contoh, kajian Ilmu bioteknologi, revolusi hijau (bibit unggul, pestisida, pupuk kimia) dan tanaman transgenik telah meningkatkan factual knowledge yang dimi-liki. Tetapi, ketika akan diaplikasikan ke masyarakat sebagai alternatif untuk mengatasi masalah, misalnya aplikasi tanaman transgenik untuk mengatasi produksi pangan yang terus menurun, maka kita perlu mempertanyakan kebenaran fundamental yang ada dibelakangnya. Apa penyebab masalah yang sebenarnya? Apa saja alternatif pemecahan ma-salahnya? Apakah alternatif yang diajukan memang alternatif terbaik untuk mengatasi masalah? Bagaimana kajian keuntungan dan resiko dari alternatif yang dipilih ini? Bagaimana dampaknya terhadap kemanusiaan, lingkungan, ekonomi dan sistim sosial masyarakat? Hal-hal ini harus dipelajari dan dijawab oleh ilmuwan sebelum alternatif ini benar-benar dipilih untuk mengatasi suatu masalah. Sehingga tidak terjadi kasus dimana aplikasi dari suatu factual knowledge ternyata pada akhirnya menimbulkan dampak negatif bagi manusia, lingkungan, sosial ataupun aspek lain dari kehidupan masyarakat

Globalisasi


KOLOM

08 Agustus 2006 - 07:35 (Diposting oleh: em)GLOBALISASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP EKONOMI INDONESIA DAN KRITIKNYA* Oleh: Bonnie Setiawan*
A. LATAR BELAKANG GLOBALISASI
Untuk memahami Globalisasi dan mekanisme dunia sekarang, orang perlu memahami Neo-Liberalisme. Inilah ideologi mutakhir kapitalisme yang saat ini sedang jaya-jayanya, terutama slogan TINA (There is No Alternatives) dari mulut Margaret Thatcher. Semenjak 1970-an hingga kini, Neo-Liberalisme mulai menanjak naik menjadi kebijakan dan praktek negara-negara kapitalis maju, dan didukung oleh pilar-pilar badan dunia: Bank Dunia, IMF dan WTO. Neo-Liberal tidak lain adalah antitesa welfare state, antitesa neo-klasik, dan antitesa Keynesian. Dengan kata lain antitesa kaum liberal sendiri, yaitu Liberal Baru atau kaum Kanan Baru (New-Rightist).
Sejarah Neo-Liberal bisa dirunut jauh ke masa-masa tahun 1930-an. Adalah Friedrich von Hayek (1899-1992) yang bisa disebut sebagai Bapak Neo-Liberal. Hayek terkenal juga dengan julukan ultra-liberal. Muridnya yang utama adalah Milton Friedman, pencetus monetarisme. Kala itu adalah masa kejayaan Keynesianisme, sebuah aliran ilmu ekonomi oleh John Maynard Keynes. Keynesian dianggap berjasa dalam memecahkan masalah Depresi besar tahun 1929-1930. Terutama setelah diadopsi oleh Presiden Roosevelt dengan program "New-Deal" maupun Marshall Plan untuk membangun kembali Eropa setelah Perang Dunia ke-II, maka Keynesian resmi menjadi mainstream ekonomi. Bahkan Bank Dunia dan IMF kala itu terkenal sebagai si kembar Keynesianis, karena mempraktekkan semua resep Keynesian. Dasar pokok dari ajaran Keynes adalah kepercayaannya pada intervensi negara ke dalam kehidupan ekonomi. Menurutnya, kebijakan ekonomi haruslah mengikis pengangguran sehingga tercipta tenaga kerja penuh (full employment) serta adanya pemerataan yang lebih besar. Dalam bukunya yang terkenal di tahun 1926 berjudul “The End of Laissez-Faire”, Keynes menyatakan ketidakpercayaannya terhadap kepentingan individual yang selalu tidak sejalan dengan kepentingan umum. Katanya, “Sama sekali tidak akurat untuk menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip ekonomi politik, bahwa kepentingan perorangan yang paling pintar sekalipun akan selalu bersesuaian dengan kepentingan umum”. Keynesianisme masih tetap menjadi dominant economy sampai tahun 1970-an.
Sementara itu neo-liberal belum lagi bernama. Akan tetapi Hayek dan kawan-kawan sudah merasa gelisah dengan mekarnya paham Keynes ini. Pada masa itu pandangan semacam neo-liberal sama sekali tidak populer. Meskipun begitu mereka membangun basis di tiga universitas utama: London School of Economics (LSE), Universitas Chicago, dan Institut Universitaire de Hautes Etudes Internasionales (IUHEI) di Jenewa. Para ekonom kanan inilah yang kemudian setelah PD-II mendirikan lembaga pencetus neo-Liberal, yaitu Societe du Mont-Pelerin, Pertemuan mereka yang pertama di bulan April 1947 dihadiri oleh 36 orang dan didanai oleh bankir-bankir Swiss. Termasuk hadir adalah Karl Popper dan Maurice Allais, serta tiga penerbitan terkemuka, Fortune, Newsweek dan Reader's Digest. Lembaga ini merupakan "semacam freemansory neo-liberal, sangat terorganisir baik dan berkehendak untuk menyebarluaskan kredo kaum neo-liberal, lewat pertemuan-pertemuan internasional secara reguler".
Pandangan Neo-Liberal dapat diamati dari pikiran Hayek. Bukunya yang terkenal adalah "The Road to Serfdom" (Jalan ke Perbudakan) yang menyerang keras Keynes. Buku tersebut kemudian menjadi kitab suci kaum kanan dan diterbitkan di Reader’s Digest di tahun 1945. Ada kalimat di dalam buku tersebut: "Pada masa lalu, penundukan manusia kepada kekuatan impersonal pasar, merupakan jalan bagi berkembangnya peradaban, sesuatu yang tidak mungkin terjadi tanpa itu. Dengan melalui ketertundukan itu maka kita bisa ikut serta setiap harinya dalam membangun sesuatu yang lebih besar dari apa yang belum sepenuhnya kita pahami". Neo-liberal menginginkan suatu sistem ekonomi yang sama dengan kapitalisme abad-19, di mana kebebasan individu berjalan sepenuhnya dan campur tangan sesedikit mungkin dari pemerintah dalam kehidupan ekonomi. Regulator utama dalam kehidupan ekonomi adalah mekanisme pasar, bukan pemerintah. Mekanisme pasar akan diatur oleh persepsi individu, dan pengetahuan para individu akan dapat memecahkan kompleksitas dan ketidakpastian ekonomi, sehingga mekanisme pasar dapat menjadi alat juga untuk memecahkan masalah sosial. Menurut mereka, pengetahuan para individu untuk memecahkan persoalan masyarakat tidak perlu ditransmisikan melalui lembaga-lembaga kemasyarakatan. Dalam arti ini maka Neo-liberal juga tidak percaya pada Serikat Buruh atau organisasi masyarakat lainnya.

English

Patricia Ruggiano Schmidt
Ann Watts Pailliotet
The contributors to this book—literacy teachers, teacher educators, and authors of literature for children and young adults—believe there is a need to bring the explicit study of values into classrooms. They contend that literature, multimedia, and literacy events can be used to promote not only the language arts, but also student choice, cooperative learning, and critical thinking.
Exploring Values Through Literature, Multimedia, and Literacy Events: Making Connections highlights the important links among home, school, and global society that will help students understand one another and contribute to a cohesive community. The authors describe the work of educators and children, and the materials and strategies they use to explore values such as compassion, caring, sharing, respect, and appreciation of cultural differences.
For those who already explore values in the classroom, this book provides affirmation and many useful ideas. For those who want to learn more about how to explore values in the classroom, it offers activities to use right away.

Dampak Globalisasi Bahasa

Previous Berikut
< >
BAHASA DAN SASTRA SEBAGAI IDENTITI BANGSA DALAM PROSES GLOBALISASI
Summary rating: 3 stars (15 Tinjauan)
Kunjungan : 1595
Comments : 1
kata : 300

oleh : NasrulAzwar
Pengarang : Mursal Esten Diterbitkan di: Oktober 11, 2007
Oleh rasa takut dan cemas yang berlebihan itu,
antisipasi yang dilakukan cenderung bersifat defensif membangun benteng-benteng pertahanan dan merasa diri sebagai objek daripada subjek di dalam proses perubahan. Bagaimana dengan bahasa dan sastra? Apakah yang terjadi dengan bahasa dan sastra Indonesia di dalam proses globalisasi? Apakah yang harus dilakukan dan kebijakan yang bagaiman yang harus diambil dalam hubungan sastra Indonesia dalam menghadapi proses globalisasi atau di dalam era pasar bebas? "Berpikir lokal, bertindak global", seperti yang dikemukakan Naisbitt itu, pastilah akan menempatkan masalah bahasa dan sastra, khususnya bahasa dan sastra Indonesia, sebagai sesuatu yang penting di dalam era globalisasi. Proses berpikir tidak akan mungkin dilakukan tanpa bahasa. Bahasa yang akrab untuk masyarakat (lokal) Indonesia adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang tadinya berkembang dari bahasa Melayu itu telah "menggusur" sejumlah bahasa lokal ( etnis) yang kecil. Bahasa Indonesia yang semulanya berasal dari bahasa Melayu itu bahkan juga menggeser dan menggoyahkan bahasa etnis-etnis yang cukup besar, seperti bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa dari masyarakat baru yang bernama masyarakat Indonesia. Peranan kawasan ini (termasuk masyarakatnya, tentu saja) sebagai kekuatan ekonomi, industri dan ilmu pengetahuan yang baru di dunia, akan menentukan pula bagaimana perkembangan bahasa Indonesia (dan bahasa Melayu) modern. Bahasa dan sastra Indonesia sudah semenjak lama memiliki tradisi kosmopolitan. Sastra modern Indonesia telah menggeser dan menggusur sastra tradisi yang ada di pelbagai etnis yang ada di Nusantara.
Link yang relevan :
http://www.pusatbahasa.depdiknas.go.id/showpenuh.php?info=artikel ...
Daftar PustakaBAHASA DAN SASTRA SEBAGAI IDENTITI BANGSA DALAM PROSES GLOBALISASI oleh Mursal Esten 2007
Cetak
Kirim
Link
Laporan
Terjemahkan

var addthis_pub = 'ronbot';

Mohon ringkasan ini dinilai :
1
2
3
4
5
Ringkasan lain tentang BAHASA DAN SASTRA SEBAGAI IDENTITI BANGSA DALAM PROSES GLOBALISASI
Mohon ringkasan ini dinilai :
1
2
3
4
5
Terima kasih atas penilaian anda
< Previous > Berikut
Kutipan
Dalam
Proses
Sebagai
Bahasa
Sastra
Bangsa
Globalisasi
Identiti
Etnis
Indonesia
Buat kutipan untuk ringkasan ini CustomValidator Please insert at least one tag

Komentar
Showing 1 out of 1 Tambahkan komentar Anda
0 Tinjauan 16 Januari 2008 1
Ada deh..
thank's ya
Oh ya, kalo mau jadi sahabatku. . . . sekalian ya. . . Ke alamat: joanna_idea@yahoo.co.id yang kirim.. dapet wallpaper bagus & keren semua ada! tinggal minta!
Tambahkan komentar Anda
Ringkasan lain oleh NasrulAzwar
Catatan Kritis Kongres Kebudayaan V
Seno Gumira Ajidarma
Pascakolonialisme dalam Representasi Film Kita
Kreshna
Soeharto Minta Dimakamkan Sebelum Dzuhur More
------
google_ad_client = "pub-4335781802185356";
google_alternate_ad_url ="http://www.shvoong.com/ads/?w=120&h=600&lang=ID&ch=6027556354+6113587601+1999655801";
google_ad_width = 120;
google_ad_height = 600;
google_ad_format = "120x600_as";
google_ad_type = "text";
google_ad_channel = "6027556354+6113587601+1999655801";
google_color_border = "FFFFFF";
google_color_bg = "FFFFFF";
google_color_link = "4242e8";
google_color_text = "000000";
google_color_url = "4242e8";
window.google_render_ad();
google_ad_client = 'pub-4335781802185356';
google_ad_channel = '2845720753';
google_ad_output = 'js';
google_max_num_ads = '1';
google_ad_type = 'text_html';
google_language = 'ID';
google_image_size = '468x60';
google_feedback = 'on';
google_adtest = 'off';

window.google_render_ad();

Identitas Gita Gutawa

Gita Gutawa - Album Kembang PerawanJanuari , 2007
Aluna gita gutawa, lahir di Jakarta 11 Agustus 1993, populer dengan nama Gita Gutawa,Ia adalah putri dari komposer musik dan musisi terkenal Erwin Gutawa, Gita belajar olah vokal semenjak kelas 4 SD dengan Chaterina Leimena, Gita juga tercatat sebagai seorang siswi SMP Al Izhar Pondok Labu.serta pernah menjadi duta bangsa di summer camp Swedia, Children International Summer Village
Gadis yang pernah mengisi suara dalam lagu Yang Terbaik Bagimu (Jangan Lupakan Ayah) milik kelompok ADA Band ini tengah mempersiapkan albumnya yang berjudul Kembang perawan, dengan hits single ”Kembang Perawan” dan “Bukan permainan”.
Dalam membuat album self-titlednya itu, gadis yang punya vokal sopran ini terlihat tak terburu-buru. sebab ia tak berkeinginan kalau lagu -lagunya terkesan biasa - biasa saja, sehingga ia pun melibatkan banyak nama top dunia musik indnonesia dalam proses pembuatannya, seperti Erwin Gutawa dan Andi Rianto yang bertanggungjawab untuk urusan aransemen , serta beberapa nama lain seperti Glen Fredly, Sarah Silaban, Dewiq, Melly Goeslaw yang didaulat untuk menangani penciptaan lagu, tak hanya itu ia pun juga menyumbang lagu ciptaannya sendiri dalam album tersebut yang ia tulis bersama Doni Sibarani (Vokalis Ada Band).
Gita Gutawa - Bukan Permainan
Bila nanti aku pergiJangan lagi panggil ku kembaliBila nanti aku pergiTakkan ada cinta kita lagi
Kita bisa balik lagi, pisah lagiApa kau mengertiBahwa ini bukanlah…Bukan permainan… an…
Kau tak bisa buatku menangis lagiKau tak bisa buatku bersedih lagiTanpa aku kau akan baik sajaTanpa kamu ku akan baik saja
Kau tak bisa buatku menangis lagi… ii…
Bila nanti kau sendiriJangan ingat-ingat aku lagi
Kita bisa balik lagi, pisah lagiApa kau mengertiBahwa ini bukanlah…Bukan permainan… an…
Kau tak bisa buatku menangis lagiKau tak bisa buatku bersedih lagiTanpa aku kau akan baik sajaTanpa kamu ku akan baik saja
Bila nanti aku pergiTanpa aku kau akan baik sajaJangan lagi panggil ku kembaliTanpa kamu ku akan baik saja
Bila nanti aku pergiTanpa aku kau akan baik sajaTakkan ada cinta kita lagiTanpa kamu ku akan baik saja
Kau tak bisa buatku menangis lagiKau tak bisa buatku bersedih lagiKau tak bisa buatku menangis lagiKau tak bisa buatku bersedih lagi
Bila nanti aku pergiJangan lagi panggil ku kembali
Bila nanti kau sendiri…Jangan ingat-ingat aku lagi…
Gita Gutawa - Kembang Perawan
Ketika surya menampakkan cahayanyaKu gapai hari terangkuMenanti sebuah ceritaYang pasti akan terjadi di diriku
Kini ku mulai mengerti artinya cintaWalau senda tawaNamun hatiku mulai merasaBila dekat lelaki aku pun malu…
Akulah kembang perawaningin mulai merasaPerasaan yang pastimilik semua insan
Aku mulai jatuh cintaPapa biarlah akumenikmati semua anugerahdi hidupku…